Kepercayaan Diri
Kepercyaan diri bisa terbangun
pada diri seseorang sedari kecil. Banyak faktor yang memepengaruhi kepercayaan
diri seseorang. Yang utama, paling dasar, dan paling penting adalah peran orang
tua, khususnya ibu. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangatlah
berpengaruh pada kepercayaan diri seorang anak. Orang tua khususnya ibu
sebaiknya bisa mendorong tumbuhnya kepercayaan diri anak. Banyak cara yang bisa
dilakukan. Contoh sederhana adalah dengan pujian. Saat seorang anak meraih sesuatu
yang diinginkan atau melakukan apa yang diperintahkan oleh Ibu, maka sebaiknya
berilah mereka pujian. Dengan hanya mengatakan “ Bagus, kamu sangat hebat
melakukannya” atau “terima kasih, kamu memang anak yang baik!”. Kata-kata
sederhana seperti itu mampu mendorong seorang anak untuk melakukan hal yang
membuatnya dpuji lagi dan otomatis akan meningkatkan kepercayaan dirinya.
Tetapi baynyak orang tua yang
tidak mengetahui hal tersebut. Bagi orang tua, mungkin sebuah pujian hanyalah
hal sepele. Padahal pujian tersebut akan menentukan masa depan seorang anak.
Bahkan mayoritas orang tua yang kurang pengetahuan tentang hal tersebut akan
melakukan hal sebaliknya, yaitu mengucapkan “Yah. Kok gini sih, kurang bagus!”
atau “sepertinya kamu memang kurang berbakat di bidang ini”. Kata-kata
sederhana seperti itu akan langsung menjatuhkan mental anak dan otomatis
menurunkan kepercayaan diri anak tersebut. Serta anak tersebut enggan melakukan
hal-hal yang diperintahkan lagi karena takut atau malas dicela.
Tetapi, sebagai seorang anak, saya
sadar setiap manusia pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan di masing-masing
bidang. Bisa jadi orang tua saya memang bukan orang tua yang baik dalam hal
meningkatkan kepercayaan diri saya. Tetapi, masih banyak kelebihan lainnya, contohnya
orang tua saya adalah pekerja keras dalam hal apapun untuk kebahagiaan
anak-anaknya. Tidak ada satupun orang tua yang sempurna. Bahkan, kak Seto tuh
yang terkenal dalam hal pemerhati, aktivis perlindungan anak pun juga bukan
orang tua yang sempurna untuk anaknya juga bukan orang tua dengan apapun yang
dilakukan orang tua kita dengan cara selalu melihat kesulitan mereka
Kepercayaan diri saya tumbuh sejak
kecil. Memang tidak cukup baik, tetapi cukup untuk bergaul dengan teman
sataupun belajar di sekolah. Saya dilahirkan dengan fisik yang sangat cukup.
Saya tidak menilai diri saya cantik atau jelek, saya tidak bisa. Tapi “cukup”
bisa menggambarkan kondisi fisik atau wajah saya. Meskipun saya selalu
mempunyai mindset kecukupan dalam fisik tetapi saya adalah orang yang cukup
percaya diri dalam hal fisik. Saya tidak terlalu memikirkan banyak orang yang
menabir karena warna kulit saya yang sawo matang . saya tetap bangga dan
percaya diri dengan apa yang sudah Allah berikan pada saya. Saya bersyukur.
Setelah kelebihan, tentu juga ada
kekurangan. Saya tidak hanya akan bercerita tentang kebaikan saya. Saya akui
saya jujur, saya buruk atau tidak percaya diri dalam hal bergaul dengan orang-orang
atau komunitas baru. Dibandingkan orang lain, saya cukup lama untuk bisa
beradaptasi di lingkungan baru karena tingkat kepercayaan diri saya yang kurang
tinggi dalam hal itu. Setidaknya saya harus merasa aman dan nyaman terlebih
dahulu pada orang, komunitas, atau tempat yang baru.
Sudah sembilan belas tahun lamanya
saya mempunyai tingkat kepercayaan dii yang cukup. Semoga dalam perkuliahan di
UISI ini bisa membantu diri saya. Sehingga, saya bisa menjadi orang yang berkompeten dan
selalu menonjol (dalam hal positif) dalam suatu golongan atau komunitas
0 komentar:
Posting Komentar